Selasa, 06 April 2010

CERITA ILLUSTRASI

TELUR PASKAH


Minggu sore, seperti biasa, aku dan istriku duduk-duduk di teras depan rumah. Sambil menikmati singkong goreng hasil karya istriku.. Banyak hal yang kami bicarakan, terutama kebutuhan pokok yang harganya semakin menjulang. Tiba-tiba putriku muncul dengan mata yang berkaca-kaca, mau menangis.
” Lho..kenapa boru..?” tanya istriku sambil memeluknya.
” Itu..Ma. Aku mau bawa 10 butir telur ke gereja buat Paskah nanti. Tapi...isi ayamku (celengan dari ayam-ayaman) cuma bisa beli 6 butir...Padahal, aku sudah janji...”
” Hush..gitu aja nangis..” timpalku. ” Nanti Mamamu belikan sisanya, iya kan Ma” tegurku sama isteriku.
” Ya, sudah. Nanti mama beli dari kedai....” janji isteriku membujuknya.
Begitulah, setiap pulang sekolah, putriku sangat asyik dengan 10 butir telurnya. Satu persatu telur-telur itu digambar dan diwarnai. Tentunya, masih berupa gambar mentah hasil imajinasi seorang anak kelas 1 SD. Akan tetapi, menurut saya, cukup menarik dan kreatif.
Beberapa hari sudah berlalu. Putriku asyik dengan telur-telur Paskahnya, istriku asyik dengan kegiatannya, dan aku sendiri sibuk dengan tugas-tugas di perusahaan swasta tempatku bekerja. Malam itu, aku pulang agak terlambat dari perusahaan. Tidak biasanya, atasanku meminta beberapa pekerjaan tambahan yang harus aku selesaikan. Dengan sekuat tenaga, sekitar jam 10 malam, tanpa istirahat, kuselesaikan juga pekerjaan tersebut. Akan tetapi atasanku tidak puas, dicelanya pekerjaanku sangat lambat dan tidak seperti yang dia mau.
Dengan perasaan dongkol kutinggalkan ruangan atasanku setelah berjanji pada beliau akan menyelesaikannya besok pagi.
Sekitar jam 11 malam aku sampai di rumah. Tanpa menghiraukan istriku yang membukakan pintu, kakiku langsung ngeloyor menuju meja makan. Teguran istriku, mengingatkan aku agar mandi dulu, juga seperti tidak terdengar. Yang ada di pikiran hanya tugas yang harus aku selesaikan itu. Setelah makan, aku langsung menuju meja kerjaku dan mencek ulang salinan-salinan laporan, untuk memperbaiki laporan sesuai dengan keinginan atasanku.
Selagi tanganku sibuk mencoret-coret salinan laporan, datanglah putriku dengan piring berisi 10 butir telur.
“ Pa..Coba lihat, mana yang paling cantik dari 10 telur ini..???” tanya putriku.
” Bapak lagi sibuk ya. Tanya sama mama saja..” jawabku sekenanya, sementara tanganku masih coret sana coret sini.
” Pa..Kata mama yang ini..” tangan putriku mengangkat 2 butir telur sambil menunjukkan padaku.
” Ya..Yang itu jugalah menurut bapak..” tanpa menoleh, kujawab seperlunya.
” Tapi...” rengek putriku.
” Apalagi.....!!! ” tegurku dengan suara yang sudah mulai kasar.
” Tapi...menurut boru, yang ini yang paling cantik. Coba bapak pegang...” tangannya kembali mengangkat 2 butir telur yang lain.
” Ya..ya..terserah..” tanpa menoleh, tanganku menepiskan tangan putriku hingga 2 butir telur itu terjatuh. Prok!
” Nah..kan...jadi kotor lantai kamu buat! Sana! Sudah malam..tidur ke kamarmu!” Sergahku.
” Iya, Pa...” dengan tertunduk, putriku mengambil telur yang jatuh dan beringsut pergi.
Kembali otakku tertuju pada laporan yang harus siap besok pagi. Bolak-balik kubaca dan cek ulang, seakan laporanku menjadi kian kacau. Semakin kucek, semakin banyak kekurangannya, menurutku. Hingga otakku jadi capek. Akhirnya kucoba untuk tenangkan diri sejenak.
Tapi...tiba-tiba telingaku menangkap suara anak-anak yang sedang berbicara. Kucoba mencari arah suara itu, dan ternyata berasal dari ruang makan. Di meja makan, tampak putriku duduk di kursi dengan tangan terlipat. Di depannya terlihat piring berisi 10 butir telur. Ingin kutegor dia agar secepatnya tidur. Tapi...ternyata putriku sedang berdoa. Pelan-pelan kubangunkan istriku. Dari balik tirai kamar, kami mengintip putri kami yang sedang berdoa.
” Tuhan Yesus, malam udah gelap...” samar-samar terdengar suara putriku memulai doanya. ” Sebenarnya, boru mau minta maaf, sebab telur yang boru janjiin 2 butir udah pecah....”
Seperti terhenti jantungku mendengarnya.
” Tadi, boru mau kasi tau bapak, buat pilih telur yang paling cantik. Tapi bapak lagi kerja. Trus...tangan bapak enggak sengaja nabrak tangan boru....trus.. telurnya jatuh. Jangan marah sama bapak ya, Tuhan Yesus. Boru yang salah, ganggu bapak kerja...”
Ya Tuhan, bisikku dalam hati. Ingin aku terbang memeluk putriku, tapi tangan isteriku terkait di tanganku.
” Tuhan Yesus, telur yang boru janjiin, nanti akan boru bawa Hari Paskah. Telur-telurnya akan boru bikin buat ngobatin luka-lukaMu. Satu buat kaki kiri dan lututMu yang sobek kena kerikil tajam itu dan satu lagi buat yang kanan. Trus...satu buat tangan kiriMu yang penuh luka sayat itu dan satu lagi buat tangan kanan. Trus... satu buat kepalaMu yang luka gara-gara mahkota duri itu. Trus... satu buat punggungMu yang berdarah kena cambuk yang dipasangi paku itu. Trus... satu buat dadaMu yang penuh memar karena ditinju dan dipukul pakai kayu berlilit kawat duri. Trus..satu buat mataMu yang lebam kena tinju dan untuk membersihkan pipimu yang penuh dengan ludah. Trus...tadinya boru pengen rebus 2 telur yang paling cantik, buat Engkau makan, biar cepat sembuh luka-lukaMu. Tapi..maaf ya Tuhan Yesus, yang 2 lagi pecah. Jangan marah sama boru ya Tuhan Yesus, nanti akan boru ganti. Boru akan giat nabung lagi biar bisa beli telur yang 2 lagi. Nanti hari Minggu, boru akan bawa telurnya ke Gereja, rumahMu. Boru akan bersama bapak dan mama. Tuhan Yesus.....”
Tak tahan hatiku, dan air mata sudah menggenangi mata dan pipiku. Kutoleh isteriku, yang juga sudah berurai air mata, tanpa komando, kami mendekati putri kami. Kupeluk putriku, kudekap didadaku. Aku ingin minta maaf.
Dengan saling berpegangan tangan, aku isteriku dan putriku, dengan terbata-bata dan dengan uraian air mata kupanjatkan doa.
” Ya Yesus, ampuni kami yang selalu lupa untuk menyenangkan hatiMu...Engkau mengajari kami melalui putri kami, dengan pengertiannya, putri kami ingin menyenangkan hatiMu dengan cara menyembuhkan luka-lukaMu. Oh Tuhan Yesus..Dengan darahMu yang tercurah di Golgata, Engkau telah bayar dosa-dosa kami. Dan di Subuh Yang Indah, Engkau menangkan kami dari dosa, dengan bangkitMu dari kematian. Terimakasih Tuhan Yesus, untuk segala Kasih KaruniaMu. Amin”
Kutatap istriku, kucium keningnya. Kugendong putriku, kucium pipinya kiri-kanan. Bahagiaku kembali penuh.

Batam, April 2010.
Selamat Paskah, Selamat Hari Kemenangan.

Oleh: Patar Barita Hutabarat.

Pesta Penggalangan Dana (Undangan)










Gambar Gereja HKI Batuaji Lama - Batam




Seperti layaknya sebuah perhelatan, tentu harus disertakan dengan pendistribusian undangan. Demikian juga HKI Batuaji Lama, dalam rangka Pesta Penggalangan Dana, yang akan dilaksanakan pada 1-2 Mei 2010, telah mendistribusikan undangan kepada seluruh umat Kristiani di Batam, dan akan ditindaklanjuti ke luar Batam.
Adapun pesta/perhelatan ini bertujuan untuk mengumpulkan dana, dimana dana tersebut akan digunakan untuk memperbaiki kondisi fisik gereja.
Kiranya, pihak-pihak yang diundang, dapat meluangkan hati dan langkah untuk berpartisipasi dalam perhelatan tersebut, baik secara moral dan materil.