Jumat, 25 Juni 2010

CERITA ILLUSTRASI : Si Badai dan Si Sepoi

Si Badai dan Si Sepoi

Setelah mengobrak abrik daerah Timur Laut, dengan terkekeh-kekeh si Badai melesat ke sebuah hutan, ingin melepaskan penat, setelah seharian membuat kekacauan di bumi. Dalam perjalanannya menuju hutan tersebut, si Badai berpapasan dengan si Sepoi.
"Woi Sepoi! Mau kemana?" tegur si Badai pongah.
"Hai Badai!" jawab si Sepoi enteng.
"Heh! Kau anggap enteng sama aku ya..Belum kenal ya sama saya?" sergah si Badai.
"Bukan begitu kawan. Di kalangan angin, namamu cukup tersohor dan ditakuti..."
"Terus, maksudmu apa?"
Sejenak si Sepoi tercenung.
"Tetapi, aku bukan menyombongkan diri kawan," jawab si Sepoi,"Sebenarnya aku lebih berbahaya dibanding denganmu. Hanya saja, banyak yang tidak menyadarinya.." sambung si Sepoi.
"Mana buktinya!" bentak si Badai garang.
"Tenang kawan. Aku akan membuktikannya."
Kemudian si Sepoi mengajak si Badai menuju sebatang pohon yang rindang. Di atas pohon itu terdapat berbagai binatang. Ada burung, tupai dan seekor monyet. Binatang-binatang tersebut sepertinya sedang beristirahat dan berteduh di kerindangan daun pohon tersebut dari sengatan terik matahari.
Tidak jauh dari pohon tersebut, si Sepoi menghentikan langkahnya dan mengajak si Badai untuk berhenti juga.
"Nah, kawan. Kita akan adu kekuatan di sini."
"Baiklah. Beritahukanlah apa yang harus dilakukan" jawab si Badai cepat.
"Kau lihat pohon yang rindang itu?"
"Ya!"
"Dan kau lihat ada berbagai binatang sedang beristirahat di sana?"
"Ya!"
"Pertanyaannya..."
"Apa? Cepat katakan!"
"Apa warna pakaian yang dipakai oleh binatang-binatang itu?"
"Apa?? Hei, Sepoi!! Kau sudah gila ya..mana ada binatang yang berpakaian..Yang seriuslah!!" bentak si Badai geram.
Si Sepoi terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Sementara si Badai melotot dan ingin menampar si Sepoi.
"Tunggu, tunggu kawan. Aku tadi bercanda," sela si Sepoi setelah puas dengan tertawanya.
"Yang seriuslah.." Si Badai jadi ikut tertawa kecut.
"Begini aturannya," kata si Sepoi."Di atas pohon rindang itu, ada berbagai binatang. Yang harus kita lakukan adalah, bagaimana caranya agar semua binatang itu terjatuh.."
"Yeeee..hanya begitu saja? Ah, kecil.." dengan pongah si Badai menjentikkan jarinya.
"Harus semuanya lho.." sela si Sepoi.
"Gampang..."
"Dan, siapa yang bisa menjatuhkan semua binatang, dialah yang terkuat.."
"Setuju! Jangankan burung, tupai dan monyet. Gajah sepuluh ekor pun bisa aku jungkirbalikkan. Biar kau tahu kekuatanku!!" Secepatnya si Badai mengiyakan. Pikirnya dalam hati, "Mana mungkin si lelet ini bisa menjatuhkan semua binatang itu? Pasti aku, si Badai yang menang..".
Tanpa mengundi, si Badai langsung ambil ancang-ancang. Dia menarik nafas dalam-dalam. Dan dengan kekuatannya yang dahsyat, si Badai mengeluarkan nafasnya yang sangat kencang dan mengarah ke pohon rindang. Sontak binatang-binatang itupun terkejut. Burung-burungpun menghindar dengan mengepakkan sayap dan terbang menuju pohon yang lain. Si tupai pun terkejut, dan beberapa ekor terjatuh tertiup Badai. Tetapi yang lainnya, masih sempat mencengkeram dahan pohon hingga tak jatuh. Si monyet, dengan sigap memeluk dahan pohon yang paling besar, dan tidak dapat dijatuhkan si Badai.
Si Badai terkejut dengan hasil yang didapatinya. Dengan perasaan marah, dia meningkatkan lagi kekuatan tiupannya. Dan ada hasilnya, semua tupai tidak kuat lagi dan tertiup Badai. Tetapi si monyet masih tetap bertahan, tidak terjatuh.
Kembali si Badai memompa kekuatannya. Tetapi semakin si Badai memompa kekuatannya, pelukan si monyet pada dahan pohonpun makin dipererat. Hingga akhirnya, si Badai terengah-engah kehabisan nafas, sampai-sampai lidahnya pun terjulur karena kelelahan. Dan sejuruh kemudian, si Badai terjerembab kehabisan tenaga.
Sementara si Sepoi, tenang-tenang saja melihat situasi itu. Dan senyum simpul tersungging di bibirnya melihat si Badai yang sudah melet-melet (bahasa Jawa: sangat kecapaian).
"Bagaimana kawan? Segitukah kemampuanmu?" tegur si Sepoi."Kau mau lihat kemampuanku?"
sambung si Sepoi. Sementara si Badai masih terengah-engah kecapaian, dan berusaha untuk bangkit, untuk melihat kemampuan si Sepoi menjatuhkan si Monyet.
"Perhatikan baik-baik kawan.." tambah si Sepoi.
Kemudian si Sepoi menarik nafas, dan meniupkannya ke arah pohon. Tidak seperti kekuatan nafas si Badai, angin yang dihasilkan si Sepoi hanya semilir, bertiup lambat-lambat dan hanya menggoyangkan daun-daun pohon itu saja.
"Ah..Mana bisa kau menjatuhkan monyet itu Sepoi!! He.he.he..Hanya daun-daun saja yang bisa kau goyang..whua.ha.ha..dasar si Sepoi.." ejek si Badai.
"Perhatikan kawan...Ini masih tiupan pertama.." jawab si Sepoi. Sementara di atas pohon, setelah mengetahui Badai sudah berhenti, tangan si monyet mulai mengendur dari dahan pohon, dan perlahan-lahan melepaskan pelukannya.
Berikutnya, si Sepoi meniupkan lagi anginnya yang sangat lembut mengelus kepala si Monyet, hingga mata si Monyet menjadi tidak terkontrol lagi, ingin dipejamkan sebab rasa kantuk yang amat. Dan tanpa menunggu lagi, si Sepoi melancarkan angin semilirnya yang membuat mata si monyet tidak tahan lagi dan terpejam tertidur. Pada saat itu, seluruh kesadaran si monyet hilang, hingga kaki dan tangannya tidak kuasa mencengkeram dahan pohon. Dan, si monyet pun terjatuh terjerembab ke atas tanah.
"Lho..koq bisa" seru si Badai sambil melongo.

********************************************************

Demikianlah adanya kehidupan ini. Kawan-kawanku, masih banyak diantara kita yang tidak menginginkan badai kehidupan menerpa. Padahal, dengan adanya badai kehidupan yang menerpa, kita semakin belajar untuk hidup yang lebih baik lagi. Dan kita semakin kuat untuk menghadapi badai kehidupan yang lebih besar lagi, dan kita akan lulus karenanya.
Akan terbalik hasilnya, jika kita selalu menginginkan kesenangan semata. Kita akan semakin terlena olehnya, hingga kekuatan hidup kita semakin hilang. Keterlenaan dalam kesenangan semata, akan membawa kejatuhan dalam hidup.
Dan yang paling penting, dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan godaan si Badai dan si Sepoi yang silih berganti datang, satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah selalu berpegang dan makin erat memeluk Tuhan Yang Maha Kuasa.

1 komentar: